Rabu, 06 April 2011

Tanggung jawab si Penggali Kubur

Tema : manusia dan tanggung jawab

Tanggung jawab adalah sifat terpuji yang mendasar dalam diri manusia. Selaras dengan fitrah. Tapi bisa juga tergeser oleh faktor eksternal. Setiap individu memiliki sifat ini. Ia akan semakin membaik bila kepribadian orang tersebut semakin meningkat. Ia akan selalu ada dalam diri manusia karena pada dasarnya setiap insan tidak bisa melepaskan diri dari kehidupan sekitar yang menunutut kepedulian dan tanggung jawab. Inilah yang menyebabkan frekwensi tanggung jawab masing-masing individu berbeda.

Tanggung jawab mempunyai kaitan yang sangat erat dengan perasaan. Yang dimaksud adalah perasaan nurani kita, hati kita, yang mempunyai pengaruh besar dalam mengarahkan sikap kita menuju hal positif.

Berikut ini salah satu contoh kisah tanggung jawab dari sebuah profesi yang sebenarnya kita tau tapi kurang kita pahami jasanya yang begitu besar.

Penggali Kubur: Rejeki dari yang Mendapat Musibah

KERANDA, jenazah, dan tangis airmata para pelayat merupakan pemandangn sehari-hari bagi Kadun (55), karena semuanya itu merupakan pemandangan biasa bagi orang dengan profesi sebagai penggali kubur. Makanya, setelah lebih dari 20 tahun ia bekerja di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Panter Jati, Kelurahan Setu, Kecamatan Cipayung ini, pemandangan seperti itu sudah jadi menu utama hariannya.



Mempunyai profesi sebagai penggali kubur sudah tidak dapat ditolaknya, meskipun yang didapat dari pekerjaan itu jauh dari cukup. Ditambah lagi keadaan fisiknya yang sudah tidak sekuat dulu buat menggali tanah. Namun semua beban-tugas itu harus terus ia pikul demi istri dan kedua anaknya yang masih sekolah. Agar kebutuhan hidup dan biaya sekolah mereka bisa terpenuhi, meski cuma seadanya.

“Saya sudah 20 tahun jadi penggali kubur, jadi, sudah nggak terhitung lagi lubang kubur yang sudah saya gali. Dari harga di sini 25 ribu sampai sekarang. Saya nggak punya gaji bulanan, jadi, ya sedapatnya aja buat keluarga. Kalau sehari cuma dapat 20 ribu, ya diterima aja. Mau bagaimana lagi? Istri saya juga terima aja,” ujarnya.




Biaya menggali satu lubang kubur, Kadun mematok harga 400 ribu pada waris yang meninggal. Uang yang didapat itu bukan hanya untuk dia saja, tapi dibagi dengan 3 temannya sesama penggali, dan juga untuk staf TPU. “Saya biasa nawarinnya 400 ribu ke ahli waris, tapi kalau mereka bilangnya cuma punya uang 300 ribu, ya saya kerjain juga. Uang yang didapat itu saya bagi ke 3 orang yang ikut gali, juga sama untuk staf TPU ini, karena dia nggak mau tahu urusan di sini,” ujar pria asli Betawi ini.

Menggali kuburan tidak setiap hari dilakukan oleh Kadun, karena belum tentu setiap hari ada orang yang meninggal. Karenanya penghasilan yang diperolehnya juga tidak menentu. Namun Kadun mengatakan, jika tidak sedang menggali, ia mendapatkan penghasilan dari upah yang diberikan para ahli waris karena membersihkan kuburan-kuburan di TPU itu.

“Di sini sepi, nggak seperti di Pondok Rangon. Belum tentu setiap hari ada orang yang meninggal. Seminggu ini aja baru ada yang meninggal dari hari Rabu, Kamis, sama Jumat. Kalau pas lagi nggak ada yang dikuburin, sambilan saya ya bersihin kuburan. Apalagi mendekati bulan puasa, banyak yang minta kuburan untuk dibersihin. Bayarannya memang seikhlasnya. Ada yang bayar cuma 5000 ada juga yang kasih 20 ribu,” tuturnya.

Memasuki bulan puasa memang biasanya banyak keluarga berziarah ke makam keluarganya, namun menurut Kadun, hal ini biasanya terjadi tiga hari sebelum puasa dan tiga hari setelah Lebaran. Banyak orang yang berziarah, dimanfaatkan juga oleh Kadun untuk berjualan bunga tabur. Terkadang, untuk bisa menambah penghasilan, ia kerja memasang keramik kuburan jika ahli waris memesan. Hasil bersihnya ia bisa mendapat 40 ribu. Lumayan.

Sebelum menjadi penggali kubur, Kadun pernah bekerja menjadi satpam di proyek pembuatan jalan tol, selama 7 tahun. Setelah proyek itu selesai, ia diajak saudaranya untuk kerja di TPU ini. “Dulu awalnya diajak saudara, saya sempat kerja jadi satpam di proyek jalan tol, kalau sabtu minggu libur saya sering ke sini nyambi kerjaan, sekarang karena nggak ada kerjaan lagi, ya disini aja,” terangnya.



Sepanjang pengalamannya sebagai penggali kubur, Kadun bertutur, tidak ada kejadian yang aneh-aneh seperti yang digambarkan di sinetron. Tapi kalau lubang kubur yang digalinya itu longsor atau ambruk, itu memang kadangkala terjadi. Dan kalau itu terjadi, artinya Kadun dan teman-temanya harus dua kali kerja, mengingat para penggali kubur ini usianya sudah tua semua tenaganya sudah tidak kuat lagi.
“Tapi saya tetap alhamdullilah, karena biasanya kalau mau lebaran banyak ahli waris yang datang kasih baju koko, sarung, sembako. Karena mereka semua sudah pada kenal saya. Sekaligus kerja begini ini ya untuk ibadah juga. Makanya masih alhamdullilahlah kalau liat orang jalan kaki, soalnya saya masih bisa naik sepeda ontel,” terangnya.
Sumber :
http://www.tnol.co.id/id/activites/387-penggali-kubur-rejeki-dari-yang-mendapat-musibah.html

Tanggapan :
Mendengar dari pekerjaannya saja belum tentu banyak orang yang tertarik pada pekerjaan itu yaitu ‘penggali kubur, namun menurut pak kadun tugas tersebut adalah sebuah tanggung jawab. Dan, sebuah tanggung jawab haruslah dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

Pekerjaan yang hampir telah dilakukannya selama 20-an tahun yang dilakoni pak kadun sebagai penggali kubur. Padahal dilihat dari upah yang didapatnya hampir dari kurang mencukupi kebutuhan pak kadun dan keluarganya. Tetap saja pekerjaan itu harus dilakukannya, menggingat hampir setiap hari pasti ada saja pekerjaan yang harus dia kerjakan yaitu menggali tanah untuk penguburan.

Pekerjaan sebagai penggali kubur merupakan hal yang mulia, terhormat dan tidak semua orang mau menjalani profesi itu. Karena pekerjaan tersebut lebih mengandalkan keikhlasan.

Perlu adanya kaedah agama kepada para penggali kubur agar dapat menjalankan tugas sesuai dengan syariat agama secara benar.

Pekerjaannya membutuhkan ketahanan ekstra tinggi, karena seringkali kondisi mayat yang dikuburkan sudah tidak sempurna, berbau dan basah. Tidak semua orang mampu melakoni pekerjaanya, apalagi dari segi materi pekerjaan ini tidak dibayar tinggi.

Setiap pekerjaan harusnya dilandasi dengan ibadah karena dengan hal tersebut dapat mengarahkan tiap-tiap individu untuk dapat melakukan tanggung jawabnya atas pekerjaan yang dilakukan semata mata karena ALLAH swt.

Sungguh beruntung bagi mereka yang menyadari sejak awal bahwa pekerjaan yang di geluti adalah jalan untuk mendekat kepada Allah.

Pekerjaan sebagai penggali kubur tidak membatasi pikiran beliau untuk mengartikannya sebagai jalan ibadah. Niat mencari rezeki berdasarkan ridha Allah –insya Allah– menjadi jaminan bahwa pekerjaan yang digeluti akan dinilai ibadah oleh Allah SWT.

Dari Sudut Pandang Pengemis

Tema : MANUSIA DAN PANDANGAN HIDUP

Dalam mencapai suatu tujuan dalam segala hal, diperlukan pandangan hidup sebagai tujuan dan landasan untuk mencapai cita-cita tersebut. Segala sesuatunya berjalan dengan pandangan hidup. Kita akan menganut prinsip hidup yang bersesuaian dengannya, dan Kitapun akan menganut pola-pikir yang bersesuaian dengan prinsip-hidup Kita itu. Oleh karenanya berhati-hatilah di dalam mengadopsi sebentuk pandangan-hidup tertetu. Hal itu akan secara signifikan sangat menentukan jalan hidup anda secara keseluruhan Kita masih menjalani hidup secara coba-coba, dengan meraba-raba. Di dalam menjalaninya selama ini, mungkin kita telah mencoba-coba satu dengan yang lain, sampai dengan menemukan pandangan-hidup yang rasanya cocok yang sesuai dengan kondisi mental kita. Namun, kita mesti selalu ingat bila sesuatu belum tentu juga baik buat kita. Apa yang kita perlukan untuk menjalani hidup ini bukanlah yang cocok atau yang kita senangi, melainkan yang baik dan mendatangkan kebaikan buat kita dan orang lain.

Disinilah peranan pandangan hidup seseorang. Pandangan hidup yang teguh merupakan pelindung seseorang. Dengan memegang teguh pandangan hidup yang diyakini, seseorang tidak akan bertindak sesuka hatinya. Ia tidak akan gegabah bila menghadapi masalah, hambatan, tantangan dan gangguan, serta kesulitan yang dihadapinya.

Pandangan hidup dapat berbeda-beda persepsinya. Tergantung dari sudut pandang kita menilainya. Contohnya saja dengan bagaimana kita memandang kehidupan (menilai) tentang pengemis. Tiap orang memiliki pandangan tersendiri dari kata tersebut ‘pengemis’. Ada dua pandangan mengenai hal tersebut yaitu : pengemis yang menjadikan mengemis sebagai suatu pekerjaan dan pengemis yang menjadikan mengemis tersebut sebagai suatu kebudayaan. Ironis memang mendengar hal tersebut, namun jika di lihat lagi semua mempunyai latar belakang tersendiri sehingga mereka memilih mengemis.

Latar belakang pengemis sendiri bermacam-macam. Ada yang akibat rumahnya tergusur, sehingga mereka menggunakan gerobak untuk berpindah-pindah tempat dan mencari sumbangan atau makanan. Ada yang tinggal di samping rel kreta karena tidak punya lahan untuk tinggal. Ada pula yang meninggalkan kampungnya untuk mencari kehidupan yang lebih baik di Jakarta, tapi tidak melengkapi dirinya dengan kemampuan yang dibutuhkan sehingga akhirnya menjadikan pengemis sebagai profesi.



Bagi pengemis yang lahir karena tradisi, tindakan mengemis adalah sebuah tindakan kebiasaan. Mereka sulit menghilangkan kebiasaan tersebut karena orientasinya lebih pada masa lalu (motif sebab).

Bagi kelompok pengemis yang hidup tanpa alternatif pekerjaan lain, tindakan mengemis menjadi satu-satunya pilihan yang harus diambil. Mereka secara kontinyu mengemis, tetapi mereka tidak mempunyai kemampuan untuk dapat hidup dengan bekerja yang akan menjamin hidupnya dan mendapatkan uang.

Pengemis yang masih memiliki alternatif pilihan, karena memiliki keterampilan lain yang dapat mereka kembangkan untuk menjamin hidupnya. Hanya saja keterampilan tersebut tidak dapat berkembang, karena tidak menggunakan peluang tersebut dengan sebaik-baiknya atau karena kekurangan potensi sumber daya untuk dapat mengembangkan peluang tersebut.

Pengemis yang hanya sementara dan bergantung pada kondisi musim tidak dapat diabaikan keberadaannya. Jumlah mereka biasanya meningkat jika menjelang hari raya. Daya dorong daerah asalnya karena musim kemarau atau gagal panen menjadi salah satu pemicu berkembangnya kelompok ini.

Pengemis yang hidup berjuang dengan harapan pada hakikatnya adalah pengemis yang sementara (kontemporer). Mereka mengemis sebagai sebuah batu loncatan untuk mendapatkan pekerjaan lain setelah waktu dan situasinya dipandang cukup.

Dari pembahasan diatas perlu diketahui bahwa mengemis merupakan pilihan yang tidak semata-mata disebabkan oleh keterhimpitan ekonomi (kemiskinan) atau keterbatasan fisik (ketuaan/cacat tubuh), dua hal yang sering dijadikan alasan tindakan mengemis, duanya menyebabkan hilangnya kesempatan kerja, akan tetapi juga disebabkan faktor lain, seperti faktor tradisi suatu masyarakat yang menjadikan mengemis sebagai profesi. Kekurangan potensi sumber daya untuk dapat mengembangkan peluang, dan kondisi musiman. Sebagaimana yang telah disebutkan di atas. Namun demikian, hidup kita, pilihan-pilihan kita dan keputusan untuk berbuat atau tidak berbuat, sesungguhnya sadar atau tidak sadar telah melalui pertimbangan nilai-nilai yang kita hayati. Ketidakmampuan individu dalam menemukan makna hiduplah yang menyebabkan seseorang mengalami keputus-asaan, kehilangan kepercayaan diri dan kehilangan kebebasan untuk berkarya tanpa harus mengharap belas kasihan orang lain.

Kebanyakan pengemis menganggap kalau meminta-minta merupakan suatu perbuatan yang mulia dari pada mencuri. Mereka terus berada dalam pemahaman itu, padahal keliru. Jelas-jelas tangan di atas lebih baik dari pada tangan di bawah.

Referensi :
http://www.unik78.co.cc/2010/05/alasan-pengemis-menjadi-pengemis.html
http://novirukmayanti.gxrg.org/?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=17

Sabtu, 02 April 2011

Derita balita akibat gizi buruk

Tema : Manusia dan Penderitaan

Manusia sebagai makhluk berbudaya adalah makhluk yang senantiasa mendayagunakan akal budidayanya untuk menciptakan kebahagiaan. Karena yang membahagiakan hidup manusia itu hakikatnya sesuatu yang baik, benar dan adil, maka dapat dikatakan hanya manusia yang selalu berusaha menciptakan kebaikan, kebenaran dan keadilan sajalah yang berhak menyandang gelar manusia berbudaya.

Penderitaan itu seperti bayangan yang selalu ada sepanjang badan. Kadang-kadang bayangan itu di belakang kita sehingga kita tidak menyadari keberadaannya. Tetapi sering juga bayangan itu membentang di depan. Penderitaan menjadi sangat jelas dan mencekam. Penderitaan berasal dari kata derita. Kata derita berasal dari bahasa sansekerta dhra artinya menahan atau menanggung. Derita artinya menanggung atau merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan. Penyebab penderitaan juga macam-macam. Ia datang kepada kita dalam bentuk sakit, gagal dalam usaha, diperlakukan secara tidak adil, mengalami duka cita karena kematian orang yang kita kasihi, musibah seperti bencana alam.

Penderitaan itu dapat lahir atau bathin, atau lahir bathin. Berikut ini saya akan membahas kasus anak yang menderita gizi buruk akibat kondisi ekonomi orang tua yang rendah...........

99 Anak di Kabupaten Tegal Derita Gizi Buruk
Slawi, CyberNews. Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal mencatat penderita gizi buruk di wilayahnya ada 99 anak. Mereka yang sebagaian besar berasal dari golongan keluarga kurang mampu itu tersebar di 18 kecamatan di Kabupaten Tegal. Dari jumlah tersebut, kini terdapat belasan anak yang harus menjalani perawatan intensif di rumah sakit maupun puskesmas rawat inap.



Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal, dokter Widodo Joko Mulyono MKes MMR didampingi Kepala Seksi Pelayanan Gizi, Henifah SKM mengatakan, tidak semua penderita gizi buruk di wilayahnya ini termasuk dalam kasus baru. Dari total 99 anak, 85 anak di antaranya merupakan kasus lama, sedangkan sisanya baru ditemukan tahun 2010 ini.

Menurut dia, kasus gizi buruk ini ditemukan tersebar di 29 puskesmas di Kabupaten Tegal. Temuan paling banyak berada di Puskesmas Kaladawa dan Puskesmas Talang, di mana ada sebanyak 10 kasus gizi buruk di wilayah kerja pusat kesehatan masyarakat tersebut. Setelah itu, Puskesmas Warureja ada sembilan kasus dan Puskesmas Suradadi delapan kasus.

Dia menjelaskan, kasus gizi buruk di Kabupaten Tegal ini tergolong kecil dengan prevalensinya 0,08 persen. Dari total 121.364 anak, yang menderita gizi buruk hanya 99 anak. Ada beberapa faktor penyebab kasus ini, yakni kurangnya asupan gizi, adanya penyakit penyerta maupun bawaan. Sebagai contohnya kelainan jantung bawaan dan tumbuh kembang.

"Pola asuh anak seperti anak ditinggalkan orang tuanya dan dititipkan pada neneknya juga turut mempengaruhi penyebab gizi buruk ini," katanya.

Untuk mengurangi angka penderita gizi buruk, Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal membuat program Pemberian Makanan Tambahan (PMT). Menurutnya, program pemulihan anak penderita gizi buruk ini berlangsung selama 90 hari.

Di mana, penderita gizi buruk itu akan diberikan makanan tambahan seperti susu, bubur dan biskuit bayi. Tak hanya Dinas Kesehatan saja, namun penanganan gizi buruk ini harus dilakukan secara lintas sektoral. Artinya, dinas/ instansi terkait harus dilibatkan lantaran gizi buruk ini termasuk persoalan sosial ekonomi.
( Royce Wijaya / CN26 )
Sumber :
http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2009/12/15/42124/46.Balita.di.Batang.Derita.Gizi.Buruk

Tanggapan :

Pemerintah sangat mengharapkan masyarakat dapat ikut berperan serta dalam menangani Balita yang mengalami kasus gizi buruk, karena ini bukan saja tugas permerintah tapi sebagai masyarakat harus ikut peduli terhadap masa depan bangsa ini dan jangan menutup mata telinga.

Perlu adanya Kegiatan penjaringan kesehatan tentang gizi yang dilakukan secara aktif dan pasif. Penjaringan secara aktif dilakukan dua bulan sekali atau tiga bula sekali di semua posyandu yang ada di seluruh wilayah indonesia, sedangkan penjaringan secara pasif dilakukan pada saat pelayanan di Puskesmas sehari-hari serta laporan yang diberikan oleh kader. Kegiatan yang dilakukan dalam penjaringan tersebut antara lain menanyakan nama dan umur balita, menimbang berat badan, mengukur tinggi badan, mengukur lingkar kepala, kemampuan motorik kasar, dan kemampuan motorik halus. Setelah itu dilakukan dokumentasi dan dilaporkan pada pemerintah kota. Standar baku yang digunakan dalam mengukur gizi balita menggunakan standar WHO-NCHS. Pelacakan dilaksanakan setelah terjadi penjaringan atau didapatkan kasus balita gizi buruk dengan mendatangi rumah balita gizi buruk tersebut. Kegiatan yang dilakukan dalam pelacakan balita gizi buruk di wilayah puskesmas Wirobrajan diantaranya adalah memberikan kuesioner atau tanya jawab langsung kepada orang tua belita gizi buruk, melakukan pengukuran ulang antropometri bila diperlukan, melakukan rujukan ke puskesmas dan atau ke rumah sakit bila ada penyakit yang menyertai serta melakukan dokumentasi. Hal ini sesuai dengan Pedoman Tatalaksaan Gizi Buruk di Rumah Tangga dan Puskesmas.

Makanan yang tidak cukup mengandung gizi dapat membuat Balita rentan kekurangan gizi banyak faktor yang dapat menyebabkan Balita menderita gizi buruk yaitu : sumber daya manusia, himpitan ekonomi, asupan gizi yang tidak seimbang , sering kita mendengar atau melihat di media elektronik dan media cetak. Dewasa ini masih banyak daerah daerah yang memiliki Balita penderita gizi buruk, khususnya daerah daerah pada garis grafik kemiskinan yang cukup tinggi dan daerah pingiran atau pedalaman yang tidak terjangkau oleh sosialisasi hidup sehat pada masyarakat setempat.

Pemberian makanan tambahan yang di utamakan adalah : Vitamin, susu , telur , kacang ijo , biskuit , puding dan snak yang cukup mengandung gizi, program untuk jangka pendek yang sudah di jalani selama 7 bulan sangat diharapkan dapat meningkatkan kesehatan dan berat badan balita yang diawasi dan dipantau langsung oleh tenaga medis secara optimal.

Semoga kedepannya Balita penderita gizi buruk dapat berkurang dan ada harapan untuk masa depan yang lebih baik dan manusiawi . Karena balita-balita tersebut kelak akan menjadi generasi muda yang akan membangun indonesia selanjutnya :) .

Selasa, 29 Maret 2011

Keadilan buat Seorang Supir

Tema Manusia dan Keadilan

Menurut pendapat yang lebih umum dikatakan bahwa keadilan itu adalah pengakuan dan perlakuan yang seimbang antara hak dan kewajiban. Keadilan terletak pada keharmonisan menuntut hak dan menjalankan kewajiban. Atau dengan kata lain, keadilan adalah keadaan bila setiap orang memperoleh apa yang menjadi haknya dan setiap orang memperoleh bagian yang sama dan kekayaan bersama.

Berdasarkan kesadaran etis, kita diminta untuk tidak hanya menuntut hak dan lupa menjalankan kewajiban. Jika kita hanya menuntut hak dan lupa menjalankan kewajiban, maka sikap dan tindakan kita akan mengarah pada pemerasan dan memperbudak orang lain. Sebaliknya pula jika kita hanya menjalankan kewajiban dan lupa menuntut hak, maka kita akan mudah diperbudak atau diperas orang lain.

Negara ini membutuhkan keadilan untuk bisa menata kembali kehidupan bernegaranya. Dalam berbagai tayangan di televisi dapat kita lihat bahwa betapa tidak adanya jaminan kepastian akan hukum dan keadilan dalam berbagai ruang di Negara kita.

Sepertihalnya contoh kasus dibawah ini ......

Pengacara Amir Mahmud Mendaftarkan PK Hari Ini

Kamis, 23 Juli 2009 | 10:31 WIB
TEMPO Interaktif, Jakarta - Pengacara Amir Mahmud, Friska Gultom, akan mendaftarkan peninjauan kembali (PK) kasus kliennya ke Pengadilan Negeri Jakarta Barat, hari ini (23/7) sekitar pukul 11.00 WIB.

"Berkas-berkas kepolisian, pelimpahan dan berita acara persidangan sudah lengkap," kata Friska saat dibuhungi Tempo, Kamis (23/7) pagi.



Kasus ini bermula saat Amir yang bekerja sebagai sopir di Badan Narkotika Nasional ditangkap polisi pada 19 Desember 2007. Amir ditangkap karena membawa sebutir pil ekstasi.

Sidang dakwaan kemudian mulai digelar pada 26 Februari 2008. Pada sidang pembacaan tuntutan tanggal 27 Maret 2008, jaksa mengajukan tuntutan hukuman empat tahun penjara. Menurut Amir dan istrinya, Herawati, majelis hakim mengatakan putusan akan diambil seminggu lagi. Setelah itu, Amir tak pernah lagi mengikuti sidang. Amir baru tahu, bahwa dirinya telah divonis penjara 4 tahun 30 hari setelah setahun mendekam di sel.

Sebelumnya, Mahkamah Agung menyatakan Pengadilan Negeri Jakarta Barat tak melanggar prosedur. "Saya sudah tanya ketua pengadilannya. Ada sidang dan diputus," tutur Ketua MA Harifin Andi Tumpa pada 3 Juli lalu.
RINA WIDIASTUTI
Sumber : http://www.tempointeraktif.com/hg/kriminal/2009/07/23/brk,20090723-188599,id.html

Tanggapan :

Jika dilihat dari latar belakang kasus diatas,

Amir Yusuf, seorang supir dan memiliki kehidupan yang kurang mampu, di vonis 4 tahun karena kepemilikan sebutir pil ekstasi tanpa mendengar sekalipun mendengar putusan hakim bahkan tanpa didampingi pengacara dalam prosesnya.... setelah mendekam lebih dari 19 bulan tanpa pernah dikunjungi keluarga dan mendapatkan putusan yang tidak adil, salinan putusan pengadilan baru didapatkan keluarga setelah melaporkan kasus yang bermasalah ini ke komisi yudisial dan diekspose oleh media....

Menyedihkan kondisi peradilan di Indonesia yang masih amburadul sekali.... perlakuan terhadap yang miskin dan mereka yang kaya masih berbeda...

inilah yg dialami si sopir:

[*]Selama proses penyidikan, pengadilan Amir Yusuf Tidak di dampingi pengacara.....padahal untuk kasusnya yang mempunyai ancaman max 15 thn penjara, terdakwa berhak mendapatkan pengacara yang wajib disediakan oleh pengadilan menurut Undang-undang....hakim malah membiarkan terdakwa diadili tanpa didampingi pengacara padahal gratis akan dibiayai oleh negara

[*]Proses pengadilan yang buruk, hanya 3 kali persidangan hakim memvonis terdakwa dg vonis 4 tahun, dengan anggapan kasus ini hanya kasus sederhana, sepele menurut hakim......dg kasus kepemilikan 1 butir ekstasi terdakwa di ganjar 4 tahun penjara bandingkan dg kasus kepemilikan berpuluh butur, beratus² gram narkoba oleh artis-artis, anak pejabat, orang kaya...paling² hukumannya 1 tahun itupun akan dikurangi remisi, masa penahanan jadi beberapa bulan saja.......

[*]Salinan Putusan Pengadilan tidak didapatkan oleh Polisi & Kejaksaan ....bahkan copy putusan pengadilan baru didapatkan keluarga 1 tahun setelah vonis...itupun setelah keluarga gagal memintanya kepada pengadilan dan melaporkan ketidakberesan ini ke komisi yudisial dan diekspose di media...dasarr...

Terdakwa yang tersebut karena kurang mampu baru bisa bertemu keluarganya setelah 19 bulan di tahan...kasihan

Inilah keadaan peradilan di negeri kita yang sangat buruk..........siapapun pemimpin di negeri ini harus bekerja ekstra keras untuk memperbaiki keadaan ini, menegakkan supremasi hukum, menjadikan keadilan yang sama bagi simiskin maupun si kaya...

Rasa keadilan manusia bersifat sangat subyektif…adil bagi dirinya…belum tentu adil bagi orang lain…itulah sebabnya dalam sebuah komunitas dibuat sebuah kesepakatan bersama agar sifat subjektif dari rasa keadilan manusia itu dapat dikompromikan sedemikian rupa untuk memenuhi rasa keadilan semua individu di dalam komunitas tersebut.
Hukum, peraturan, norma atau apapun namanya adalah sebuah kesepakatan bersama yang menjamin rasa keadilan sebagai sebuah kebutuhan mendasar setiap individu manusia di dalam sebuah komunitas, selain untuk menjaga keteraturan hidup di dalam komunitas itu sendiri.

Rasa keadilan dalam nuraniku terkoyak ketika kita mulai berdebat apakah kasus ini harus diteruskan ke pengadilan atau dihentikan prosesnya.

“hukum, peraturan, norma atau apapun namanya hanyalah ‘alat’…bukan ‘tujuan’…’tujuan’ hanya akan tercapai jika ‘alat’ itu digunakan oleh manusia-manusia yang memiliki nurani dan kejujuran”

Sekali lagi sungguh ironis. Tapi apa yang bisa kita lakukan supaya keadilan itu menempati posisi yang semestinya, bersikap seadil-adilnya tanpa memandang status sosial seseorang .Walaupun banyak organisasi masyarakat yang menyuarakan keadilan yang semestinya tetapi tetap rakyat Indonesia harus bersatu dan memantau terus jalannya pemerintahan dan hukum Negara agar rakyat miskin tetap bisa mendapatkan haknya.

Mari bersama kita sadari hal itu. Saya sebagai salah satu generasi muda merasa prihatin dan mencoba untuk bersikap adil pada diri saya dan lingkungan saya sebagai wujud ketidak setujuan atas apa yang sedang terjadi di negara kita. Karena saya tidak bisa melakukan apa-apa untuk bisa membantu menyelesaikan permasalahan yang begitu rumit. Mungkin dengan menyumbangkan sedikit pemikiran, saya bisa membantu menyadarkan kita untuk berbuat lebih baik lagi. Untuk yang diberikan rejeki yang lebih dari cukup gunakan lah hal rejeki tersebut untuk hal yang baik karena kehidupan yang abadi ada di akhirat nanti. Apa lagi kita tahu bahwa harta yang kita kumpulkan itu digunakan pada hal yang bisa menyeret kita ke neraka (Naujubillah min jalik >,<). Percayalah bahwa keadilan di muka bumi ini boleh hancur berkeping-keping. Tetapi tidak dengan keadilan oleh ALLAH swt. Akan datang pada masanya saat itu.Mari kita benahi diri kita menjadi warga Negara yang lebih baik dan patuh terhadap hukum yang berlaku.

Senin, 07 Maret 2011

Tari Gandrung

Kesenian Gandrung merupakan ibu dari kesenian lainnya yang ada di Banyumas. Pada usia 10 tahun para wanita mulai menarikannya. Tarian Gandrungan juga biasanya dibawakan oleh penari pria atu biasa disebut Gandrung Lanang, para lelaki itu menari menggunakan pakaian tarian wanita pada umumnya.



Tari gandrung di pertunjukan oleh seorang atau dua orang gadis yang biasanya di pertunjukan di tempat terbuka diiringi oleh gamelan dan juga di pertotonkan pada hari-hari besar. Tari Gandrung memiliki ciri khas , mereka menari dengan kipas dan ketika penari menyentuh kipasnya kepada salah satu penonton biasanya laki - laki dan di ajak untuk menari.

Bentuk kesenian yang didominasi tarian dengan orkestrasi khas ini populer di wilayah Banyuwangi yang terletak di ujung timur Pulau Jawa, dan telah menjadi ciri khas dari wilayah tersebut, hingga tak salah jika Banyuwangi selalu diidentikkan dengan gandrung. Kenyataannya, Banyuwangi sering dijuluki Kota Gandrung dan patung penari gandrung dapat dijumpai di berbagai sudut wilayah Banyuwangi.

Tarian Gandrung Temu adalah tarian kehidupan, setiap geraknya adalah riwayat. Panggungnya merupakan kehidupan keseharian. Temu Mesti adalah penari Gandrung terkemuka di Banyuwangi, Jawa Timur. Awalnya orangtuanya, pasangan Mustari-Supiah tak setuju ia menari gandrung karena kakenya seorang tokoh agama, akhirnya mereka malah berbalik mendukungnya.



Meski usianya sudah senja, posisinya dalam kesenian tari tradisional Banyuwangi itu belum tergeser oleh para penari muda. Tinggi badannya sekitar 170 cm, berperawakan sedang, suaranya yang melengking jernih masih belum tertandingi. Bagi Temu, hidup adalah berkesenian. Gandrung membuatnya menggandrungi hidup, seberat apapun jalannya. Kibasan samprung gandrung seperti mengibaskan ketaktertanggungan masalah. Karena itu, meski menyandarkan hidup pada gandrung, uang bukan segalanya.

Ia mempertahankan hidupnya di situ. Gandrung lebih penting ketimbang dirinya. Darah seni mengalir dari garis ayahnya yang merupakan penari ludruk. Kakeknya ahli mocoan lontar. Meski awalnya tak mau jadi penari gandrung, Temu mulai naik pentas pada usia 15 tahun. Tahun 1969, penari gandrung perempuan berada di puncak kejayaan dimana gandrung Banyuwangi didominasi penari laki-laki sejak tahun 1950-an.

Tak lebih dari setahun, Temu menapak jenjang di panggung. Honornya jauh di atas penari-penari seniornya. Lirik lagu ciptaannya mengena dan sering menohok persoalan yang dihadapi penonton. Suara Temu menjadi bagian eksotisme timur yang terus direproduksi dan secara bisnis memberikan keuntungan besar. Di tingkat lokal, suara emasnya sudah menghasilkan enam album gandrung dan satu album versi jaipong untuk karaoke.

Suatu hari, seorang pejabat memberi tahu, Temu mendapat penghargaan internasional. Ternyata penghargaan itu dari dinas Pariwisata bekerja sama dengan pendidikan seni nusantara (PNN). Gambar dari sertifikat berupa fotokopi sampul rekaman VCD dari proyek kesenian rakyat lembaga filantrofi internasional yang merekam suara dan tarian temu bertahun-tahun lalu.

“Saya mau menari gandrung sampai kaki-tangan dan badan ini sudah tidak bisa digerakkan lagi”, tutur perempuan warga Dusun Kedaleman, Desa kemiren, Glagah, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur ini. Ucapan itu menggambarkan sikap, pandangan dan pilihannya sebagai penari gandrung profesional. Sikap ini ia tunjukkan sebab penari gandrung seangkatannya banyak memilih pensiun. Ia juga melatih, menularkan ilmunya kepada kaum muda yang ingin belajar tarian gandrung, tarian yang telah menjadi ikon Kabupaten Banyuwangi. Ia bertekad tetap aktif memenuhi undangan ngibing.

Pada masa jayanya, ia hanya sempat tidur di rumah tiga-empat hari dalam sebulan. Sekarang, pesanan pentas sekali seminggu saja sudah sangat bagus. "Banyak tontonan yang bisa dipilih orang hajatan dengan honor bersaing, seperti dangdut," kata Temu.


Setiap pentas ia dan kelompoknya menerima Rp 1,5 juta. Setelah dibagi-bagi, ia mendapat honor bersih Rp 250.000. "Dulu penarinya cuma satu. Jadi honornya untuk sendiri," katanya. Mulai tahun 1995-an ada tiga-empat gandrung yang menari.


Temu ditemui suatu petang setelah kampanye pemilihan kepala desa. Suaranya yang mengalun lewat pengeras suara dari truk yang berjalan mengelilingi desa masih terngiang. Temu duduk di bawah dengan pakaian sehari-hari, tersembunyi di antara sosok lima penari Gandrung muda yang berdiri di badan truk mengumbar senyum. Kerja dua jam pesanan dari salah satu calon kepala desa itu honornya Rp 60.000. "Lumayan," ucapnya.


Kata "lumayan" itu bukan basa-basi. Setiap rupiah adalah nafas, terutama menjelang bulan-bulan sepi pesanan, dan ia harus membuat rempeyek teri, kedelai, dan kacang tanah untuk menyambung hidup. "Bulan puasa, Maulud dan Suro, enggak ada orang hajatan di sini," lanjut Temu.
Bagi Temu, hidup adalah berkesenian. Gandrung membuatnya menggandrungi hidup, seberat apa pun jalannya. Kibasan sampur Gandrung seperti mengibaskan ketaktertanggungan masalah. Karena itu, meski menyandarkan hidup pada Gandrung, uang bukan segalanya. Seperti paradoks. Ia mempertaruhkan hidupnya di situ, sekaligus tak kenal kompetisi: Gandrung lebih penting ketimbang dirinya.

Sikap itu tanpa disadari menjadikannya "mangsa" bisnis kesenian dan kebudayaan yang jaring-jaringnya melampaui batas desa, bahkan wilayah negara. Temu, yang tidak pernah menyelesaikan pendidikan Sekolah Rakyat itu, tidak tahu bahwa ia tergulung ke dalam gelombang pasar bebas, di mana multikulturalisme dimaknai tak lebih sebagai komoditi, minus penghargaan pada hak kekayaan intelektual. Suatu pelanggaran yang banal.

Sumber :
http://www.tamanismailmarzuki.com/tokoh/temu.html

Tanggapan :
Tarian gandrung merupakan tarian tradisional yg kini sangat sulit untuk kita dapat jumpai, kesenian ini juga hampir punah. Di Banyumas sendiri tarian Gandrungan juga sulit untuk dapat kita jumpai. Wlaupun sebenarnya tarian ini merupakan salah satu kesenian yang dulunya banyak di gemari olah masyarakat banyumas pada umumnya. Akan tetapi semakin berkembangnya jaman kesenian ini juga dikatagorikan sebagai tarian yang hanya menjual kemolekan dari tubuh para penarinnya. Sehingga tidak banyak generasi muda yang ingin melestarikannya.

Kesenian Gandrung sebernarnya berfungsi sebagai tarian pergaulan sama halnya seperti tarian lainnya. Akan tetapi Gandrung mempunyai ciri tersendiri dari tata letak gerakannya maupun alat musik untuk mengiringinya.

Busana untuk tubuh terdiri dari baju yang terbuat dari beludru berwarna hitam, dihias dengan ornamen kuning emas, serta manik-manik yang mengkilat dan berbentuk leher botol yang melilit leher hingga dada, sedangkan bagian pundak dan separuh punggung dibiarkan terbuka. Di bagian leher tersebut dipasang ilat-ilatan yang menutup tengah dada dan sebagai penghias bagian atas. Pada bagian lengan dihias masing-masing dengan satu buah kelat bahu dan bagian pinggang dihias dengan ikat pinggang dan sembong serta diberi hiasan kain berwarna-warni sebagai pemanisnya. Selendang selalu dikenakan di bahu.

Ada tiga tahap dalam Tarian Gandrungan :
1. Tahap pertama adalah JEJER GANDRUNG pada tahap ini penari menarikannya sendri dengan lagu yang dibawakannya ( lagu podo Nonton ) dan diiringi oleh alat musik tradisionalnya.

2. Tahap kedua adalah PACU GANDRUNG pada saat ini penari harus melayani tamu satu persatu. Disinilah para penari harus sabar dalam menghadapi para tamu. Karen kadang kala ada juga para tamu yang menunjukkan norma yang tidak wajar kepada penari. Dan ini juga merupakan salah satu sebab para pemuda enggan untuk melestarikan tari gandrung ini.

3. Tahap ketiga adalah SUBLEK SUNGKEM dalam tahap ini penari membawakan tarian yang dibawakan dengan maksud permohonan maaf atas tarian yang telah dibawakannya semalaman itu.

Untuk menghindari kepunahan dalam Kesenian Gandrungan ini banyak para seniman yang melestarikannya dengan cara mendirikan sekolah kursus untuk tarian Gandrungan dan tarian dari Banyumas yang lainnnya dalam yang sifatnya FORMAL maupun NON FORMAL. Seperti halnya oleh pemerintah tarian gandrung tersebut dijadikan sebagai salah satu pelajaran kesenian yang terdapat pada sekolah sekolah negeri.

Sebagai bangsa indonesia yang mempunyai berbagai macam kebudayaan sudah selayaknya kita melestarikan dan menjaga kebudayaan kita sendiri sebelum kebudayaan tersebut menghilang maupun diakui oleh pihak lain. Dengan sikap dan pemikiran positif mari kita lestarikan budaya kita :) !!


Perebutan Wilayah antara Manusia dan Alam

tema : Manusia dan Keindahan

Sering kita dengar di pulau Sumatera , kawanan gajah masuk ke perkampungan atau merusak ladang-ladang petani. Bukan karena gajah suka merusak atau menyerang manusia, karena hewan ini bukan jenis yang agresif. Tetapi gajah-gajah itu hanya melintasi rute penjelajahan mereka yang sudah dilakukan puluhan tahun. Sementara ladang-ladang petani itu adalah baru dibuka beberapa tahun belakangan.


Fenomena di atas adalah representasi bagaimana perebutan wilayah antar manusia dengan alam (hewan, tanaman, air dsbnya). Manusia membutuhkan pertanian, perkebunan untuk kehidupannya, tetapi sering kali membuka hutan dengan tidak bijak. Hewan tersingkir, tanaman makin langka, konservasi air menipis, udara tercemar dan seterusnya. Akhir dari semua ini adalah bencana yang juga mengancam manusia…banjir, tanah longsor, kekeringan, kualitas hidup merosot. Namun sering hal di atas diabaikan oleh mereka yang punya kuasa, baik kuasa wewenang maupun uang. Meskipun sudah ada aturan hukum yang jelas mengatur soal tata ruang maupun peruntukkan wilayah, mereka tidak peduli dan melangkahi saja aturan-aturan tersebut, demi kepentingan sendiri.

Contoh di depan mata tentang penyalahgunaan aturan hukum adalah menjamurnya villa di kawasan Puncak – Bogor dan Lembang – Bandung. Puncak adalah daerah resapan air untuk keperluan warga Bogor maupun Jakarta, demikian Perda menetapkan daerah ini. Namun makin hari makin gundul , dan ‘ditanami’ bangunan-bangunan beton, yang kadang ironis, berada di pegunungan yang mestinya dingin tetapi juga dipasangi AC.


Hal yang sama terjadi di Lembang, Bandung. Di kawasan ini ada observatorium Bosscha, salah satu dari sedikit observatorium astronomi di lintang selatan Bumi. Bosscha memiliki peran penting dalam dunia ilmu pengetahuan dunia. Maka kawasan Lembang pun menjadi kawasan konservasi , khususnya dari cahaya. Tetapi apa lacur, semua orang berlomba membangun villa di kawasan ini, dan malam hari kawasan ini menjadi terang benderang.


Pada edisi kali ini kami menurunkan liputan perusakan kawasan Gunung Bunder/Halimun oleh merebaknya villa dari orang kota. Padahal kawasan ini masuk dalam Taman Nasional. Ancaman kehilangan beraneka ragam tanaman maupun hewan mulai mengintai di kawasan ini. Belum terlambat untuk menghentikan pembangunan villa yang makin banyak. Pelajaran bencana di Puncak dan Lembang, semoga membuka mata para pemilik uang yang membangun villa di si kawasan Gunung Bunder. Juga penguasa setempat agar lebih berani menegakkan peraturan di kawasan ini.

Perebutan wilayah antara manusia dan alam juga terjadi di banyak tempat di Indonesia, seperti di hutan Kalimantan, Sumatera dan Papua dengan perkebunan sawit dan pertambangan. Semoga konflik kepentingan ini dapat diatur dengan baik, karena bagaimana pun bumi kita hanya satu, ditinggalin bersama maka mesti dirawat dengan bijak.

http://www.biruvoice.com/berita/editorial/107-perebutan-wilayah-antara-manusia-dan-alam.html



Tanggapan :
Keindahan, sering diutarakan kepada situasi tertentu, artik kata keindahan yaitu berasal dari kata indah, artinya bagus, permai, cantik, elok, molek dan sebagainya. Keidahan identik dengan kebenaran. Keindahan kebenaran dan kebenaran adalah keindahan. Keduanya mempunyai nilai yang sama yaitu abadi, dan mempunyai daya tarik yang selalu bertambah. Yang tidak mengandung kebenaran berarti tidak indah. Keindahan juga bersifat universal, artinya tidak terikat oleh selera perseorangan, waktu dan tempat, kedaerahan, selera mode, kedaerahan atau lokal.

Keindahan yang tertera pada kasus diatas adalah salah satu contoh keindahan pada alam. Alam yang diciptakan Allah berupa gunung, hutan, laut berikut isinya, dan masih banyak lagi. Ambil contoh hutan, di dalamnya memiliki berjuta-juta bahkan tidak terhingga atas keindahan dan adanya kehidupan makhluk hidup yang luar biasa. Keindahan hutan memang lebih indah untuk dinikmati dan disyukuri. Lalu bagaimana dengan gedung, bangunan pencakar langit sekalipun apakah mampu menggantikan keindahan alam semesta???.

“Alam memiliki keindahan yang tidak dapat terukur. Hingga saat ini pun belum ada manusia yang mampu menilai dan mengukur keindahan alam di dunia”

Bagaimanapun canggihnya manusia dalam berkarya, ternyata belum ada yang bisa menggantikan ciptaan alam semesta. Manusia boleh bangga dengan hasil ciptaan manusia. Tapi ciptaan manusia berupa gedung, bangunan pencakar langit hanya sebatas keindahan biasa saja.





Manusia yang hidup di bumi ini pasti akan puas dan senang ketika mengujungi keindahan alam, seperti gunung, hutan, air terjun, laut dan isinya, pergi ke pulau-pulau yang menyuguhkan kemolekannya. Pada saat manusia suntuk kemungkinan yang dituju yaitu keindahan alam bukan keindahan gedung, bangunan pencakar langit dsb. Ini bukti bahwa manusia tidak terlepas dari keidahan alam yang nota bene adalah lingkungannya, tempat hidup makhluk hidup. Alam memiliki keindahan yang tidak dapat terukur. Hingga saat ini pun belum ada manusia yang mampu menilai dan mengukur keindahan alam di dunia.

Indonesia memiliki kekayaan alam yang melimpah ruah namun seakan tidak pernah peduli untuk menjaga dan melestarikan keaslian alam. Berdasarkan informasi, hanya terdengar expliotasi dan exploitasi secara besar-besaran terhadap kekayaan alam. Sehingga muncullah kerusakan demi kerusakan yang teramat parah. Seperti yang terjadi di pulau papua, akibat penambangan emas dan timah, di wilayah yang sebelumnya masih indah, kini tinggal kubangan besar menyerupai bekas jatuhnya meteor. Begitu pula, hutan hujan tropis di Kalimantan yang telah banyak berubah menjadi hutan sawit dan aktifitas menebang pohon sembarangan (illegal logging). Dengan berubahnya hutan tropis mengakibatkan hilangnya habitat satwa liar yang seharusnya di lindungi. Orang utan banyak yang di tangkapi, dijual dan dibunuh.

Manusia tidak dapat membuat ataupun menciptakan keindahan alam yang alami ataupun menjadikannya seperti semula. Kadang pernah terpikir bahwa dengan majunya teknologi dan ilmu pengetahuan membuat kehidupan dibumi ini menjadi lebih baik. Tetapi tindakan yang berlebihan membuat keindahan alam yang masih alami harus terpaksa berubah fungsi, rusak dan bahkan sudah tidak ada lagi. Tidak lain dan tidak bukan adalah Karena ulah dari manusia. Manusia secara sadar merusak keindahan alam yang masih alamiah. Jika perbuatan merusak ini semakin menjadi-jadi dan tidak dapat di tanggulangi maka nilai tertinggi dari keindahan akan segera punah. Manusia akan bingung harus mencari dan menemukan keindahan alam yang alami..

Senin, 28 Februari 2011

MEMAHAMI CINTA KASIH SEORANG IBU MELALUI KISAH SEDERHANA

tema : MANUSIA dan CINTA KASIH

Cinta adalah rasa sangat suka atau sayang (kepada) ataupun rasa sangat kasih atau sangat tertarik hatinya. Sedangkan kata kasih, artinya perasaan sayang atau cinta (kepada) atau sangat menaruh belas kasihan. Dengan demikian cinta kasih dapat diatikan sebagai perasaan suka (sayang) kepada seseorang yang disertai dengan menaruh belas kasihan.

Cinta merupakan perasaan yang lahir dari hati seseorang dan timbul dengan sendirinya. Dengan kata lain cinta juga disebut sebuah aksi atau kegiatan aktif yang dilakukan manusia terhadap objek lain.

Salah satu contohnya: pengorbanan diri, empati, perhatian, memberikan kasih sayang, membantu, menuruti perkataan, mengikuti, patuh, dan mau melakukan apapun yang diinginkan objek tersebut.


Cinta hanya datang pada mahluk Tuhan yang bernama manusia karena pada diri setiap diri manusia akan selalu diimbangi oleh akal dan nafsu. Dan cinta tidak akan pernah datang pada mahluk Tuhan lainnya karena mereka “Mahluk Tuhan Selain manusia” hanya memilki nafsu saja atau bahkan tidak sama sekali. Sebagai contoh sederhana malaikat, ia hanya memilki kebaikan saja dan selalu beribadah pada Tuhan begitu pula Iblis yang hanya memilki nafsu keburukan “menghasut dan selalu mengajak kita “manusia” agar mengikuti jalannya”. Kebaikan dan keburukan tersebut dapat dikategorikan kedalam nafsu atau emosionalitas. Pada binatang dan tumbuhan pun demikan. Hewan atau binatang hanya memilki nafsu dan bukan cinta karena pada hewan atau binatang tidak disertai akal dan nurani.

Terdapat perbedaan antara cinta dan kasih, cinta lebih mengandung pengertian tentang rasa yang mendalam sedangkan kasih merupakan pengungkapan untuk mengeluarkan rasa, mengarah kepada yang dicintai.

Kasih pada dasarnya adalah fitrah yang dianugrahi allah SWT kepada mahluknya, contohnya: kalau kita perhatikan begitu kasihnya hewan pada anaknya, bahkan rela berkorban jika anaknya diganggu. Naluri inipun ada pada manusia, misal kasih sayang orang tua terhadap anaknya, begitupun sebaliknya kasih sayang anak terhadap orang tua.

Pada penulisan ini saya akan membahas cinta kasih terhadap orang tua dari sumber yang saya dapat, sebuah kisah sederhana yang mendeskripsikan tentang kisah kasih seorang ibu lewat cerita pendek yang berjudul “KISAH POHON APEL”.


Suatu ketika, hiduplah sebatang pohon apel besar dan anak lelaki yang senang bermain-main di bawah pohon apel itu setiap hari. Ia senang memanjatnya hingga ke pucuk pohon, memakan buahnya, tidur-tiduran di keteduhan rindang daun-daunnya. Anak lelaki itu sangat mencintai pohon apel itu. Demikian pula pohon apel sangat mencintai anak kecil itu.


Waktu terus berlalu. Anak lelaki itu kini telah tumbuh besar dan tidak lagi bermain-main dengan pohon apel itu setiap harinya. Suatu hari ia mendatangi pohon apel. Wajahnya tampak sedih.

“Ayo ke sini bermain-main lagi denganku,” pinta pohon apel itu.

“Aku bukan anak kecil yang bermain-main dengan pohon lagi,” jawab anak lelaki itu.

“Aku ingin sekali memiliki mainan, tapi aku tak punya uang untuk membelinya.”
Pohon apel itu menyahut, “Duh, maaf aku pun tak punya uang……… tetapi kau boleh mengambil semua buah apelku dan menjualnya. Kau bisa mendapatkan uang untuk membeli mainan kegemaranmu.”

Anak lelaki itu sangat senang. Ia lalu memetik semua buah apel yang ada di pohon dan pergi dengan penuh suka cita. Namun, setelah itu anak lelaki tak pernah datang lagi. Pohon apel itu kembali sedih.

Suatu hari anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel sangat senang melihatnya datang.

“Ayo bermain-main denganku lagi,” kata pohon apel.

“Aku tak punya waktu,” jawab anak lelaki itu.

“Aku harus bekerja untuk keluargaku. Kami membutuhkan rumah untuk tempat tinggal. Maukah kau menolongku?” “Duh, maaf aku pun tak memiliki rumah. Tapi kau boleh menebang semua dahan rantingku untuk membangun rumahmu,” kata pohon apel. Kemudian anak lelaki itu menebang semua dahan dan ranting pohon apel itu dan pergi dengan gembira. Pohon apel itu juga merasa bahagia melihat anak lelaki itu senang, tapi anak lelaki itu tak pernah kembali lagi. Pohon apel itu merasa kesepian dan sedih.
Pada suatu musim panas, anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel merasa sangat bersuka cita menyambutnya.

“Ayo bermain-main lagi deganku,” kata pohon apel. “Aku sedih,” kata anak lelaki itu.

“Aku sudah tua dan ingin hidup tenang. Aku ingin pergi berlibur dan berlayar. Maukah kau memberi aku sebuah kapal untuk pesiar?”

“Duh, maaf aku tak punya kapal, tapi kau boleh memotong batang tubuhku dan menggunakannya untuk membuat kapal yang kau mau. Pergilah berlayar dan bersenang-senanglah.” Kemudian, anak lelaki itu memotong batang pohon apel itu dan membuat kapal yang diidamkannya. Ia lalu pergi berlayar dan tak pernah lagi datang menemui pohon apel itu.

Akhirnya, anak lelaki itu datang lagi setelah bertahun-tahun kemudian. “Maaf anakku,” kata pohon apel itu. “Aku sudah tak memiliki buah apel lagi untukmu.” “Tak apa. Aku pun sudah tak memiliki gigi untuk mengigit buah apelmu,” jawab anak lelaki itu.

“Aku juga tak memiliki batang dan dahan yang bisa kau panjat,” kata pohon apel.

“Sekarang, aku sudah terlalu tua untuk itu,” jawab anak lelaki itu. “Aku benar-benar tak memiliki apa-apa lagi yang bisa aku berikan padamu. Yang tersisa hanyalah akar-akarku yang sudah tua dan sekarat ini,” kata pohon apel itu sambil menitikkan air mata. “Aku tak memerlukan apa-apa lagi sekarang,” kata anak lelaki. “Aku hanya membutuhkan tempat untuk beristirahat. Aku sangat lelah setelah sekian lama meninggalkanmu.” “Oooh, bagus sekali.

Tahukah kau, akar-akar pohon tua adalah tempat terbaik untuk berbaring dan beristirahat. Mari, marilah berbaring di pelukan akar-akarku dan beristirahatlah dengan tenang.” Anak lelaki itu berbaring di pelukan akar-akar pohon. Pohon apel itu sangat gembira dan tersenyum sambil meneteskan air matanya.

Sumber : http://blog.its.ac.id/syafii/2010/01/07/kisah-pohon-apel-memahami-cinta-kasih-seorang-ibu-melalui-sebuah-cerita-sederhana/

Ini adalah cerita tentang kita semua. Pohon apel itu adalah orang tua kita. Ketika kita muda, kita senang bermain-main dengan ayah dan ibu kita. Ketika kita tumbuh besar, kita meninggalkan mereka, dan hanya datang ketika kita memerlukan sesuatu atau dalam kesulitan. Tak peduli apa pun, orang tua kita akan selalu ada di sana untuk memberikan apa yang bisa mereka berikan untuk membuat kita bahagia. Anda mungkin berpikir bahwa anak lelaki itu telah bertindak sangat kasar pada pohon itu, tetapi begitulah cara kita memperlakukan orang tua kita.

Orang tua cinta dan sayang terhadap kita itu sepanjang masa, berbeda dengan anak yang cinta dan sayang kepada orang tua itu hanya sekejap saja. Mungkin kita tidak pernah sadar kita tidak pernah peduli akan keadaan orang tua kita dikala mereka tertimpa musibah, baik dari segi ekonomi keluarga atau terbaring sakit. apa seorang anak bisa mengetahui apa yang telah diderita oleh orang tua kita?.

Kita wajib sayang dan cinta kepada orang tua kita apalagi terhadap ibu kita, beliau yang melahirkan kita. Tugas seorang anak yaitu menjadi yang terbaik untuk orang tua kita karena itu adalah suatu pengabdian kita kepada mereka.

Orang tua mana yang tidak bangga melihat anaknya sukses, dengan melihat anaknya yang sukses orang tua merasa puas dengan kerja keras yang beliau lakukan untuk kita.

Kita seorang anak harus bisa membalas jasa orang tua kita walaupun ada orang tua yang tidak ingin anaknya membalas jasanya.

Oleh karena itu kita sebagai anak harus patuh dan hormat kepada orang tua kita dengan rasa cinta kita bisa membuat hubungan kita dengan orangtua kita menjadi baik.