Senin, 07 Maret 2011

Perebutan Wilayah antara Manusia dan Alam

tema : Manusia dan Keindahan

Sering kita dengar di pulau Sumatera , kawanan gajah masuk ke perkampungan atau merusak ladang-ladang petani. Bukan karena gajah suka merusak atau menyerang manusia, karena hewan ini bukan jenis yang agresif. Tetapi gajah-gajah itu hanya melintasi rute penjelajahan mereka yang sudah dilakukan puluhan tahun. Sementara ladang-ladang petani itu adalah baru dibuka beberapa tahun belakangan.


Fenomena di atas adalah representasi bagaimana perebutan wilayah antar manusia dengan alam (hewan, tanaman, air dsbnya). Manusia membutuhkan pertanian, perkebunan untuk kehidupannya, tetapi sering kali membuka hutan dengan tidak bijak. Hewan tersingkir, tanaman makin langka, konservasi air menipis, udara tercemar dan seterusnya. Akhir dari semua ini adalah bencana yang juga mengancam manusia…banjir, tanah longsor, kekeringan, kualitas hidup merosot. Namun sering hal di atas diabaikan oleh mereka yang punya kuasa, baik kuasa wewenang maupun uang. Meskipun sudah ada aturan hukum yang jelas mengatur soal tata ruang maupun peruntukkan wilayah, mereka tidak peduli dan melangkahi saja aturan-aturan tersebut, demi kepentingan sendiri.

Contoh di depan mata tentang penyalahgunaan aturan hukum adalah menjamurnya villa di kawasan Puncak – Bogor dan Lembang – Bandung. Puncak adalah daerah resapan air untuk keperluan warga Bogor maupun Jakarta, demikian Perda menetapkan daerah ini. Namun makin hari makin gundul , dan ‘ditanami’ bangunan-bangunan beton, yang kadang ironis, berada di pegunungan yang mestinya dingin tetapi juga dipasangi AC.


Hal yang sama terjadi di Lembang, Bandung. Di kawasan ini ada observatorium Bosscha, salah satu dari sedikit observatorium astronomi di lintang selatan Bumi. Bosscha memiliki peran penting dalam dunia ilmu pengetahuan dunia. Maka kawasan Lembang pun menjadi kawasan konservasi , khususnya dari cahaya. Tetapi apa lacur, semua orang berlomba membangun villa di kawasan ini, dan malam hari kawasan ini menjadi terang benderang.


Pada edisi kali ini kami menurunkan liputan perusakan kawasan Gunung Bunder/Halimun oleh merebaknya villa dari orang kota. Padahal kawasan ini masuk dalam Taman Nasional. Ancaman kehilangan beraneka ragam tanaman maupun hewan mulai mengintai di kawasan ini. Belum terlambat untuk menghentikan pembangunan villa yang makin banyak. Pelajaran bencana di Puncak dan Lembang, semoga membuka mata para pemilik uang yang membangun villa di si kawasan Gunung Bunder. Juga penguasa setempat agar lebih berani menegakkan peraturan di kawasan ini.

Perebutan wilayah antara manusia dan alam juga terjadi di banyak tempat di Indonesia, seperti di hutan Kalimantan, Sumatera dan Papua dengan perkebunan sawit dan pertambangan. Semoga konflik kepentingan ini dapat diatur dengan baik, karena bagaimana pun bumi kita hanya satu, ditinggalin bersama maka mesti dirawat dengan bijak.

http://www.biruvoice.com/berita/editorial/107-perebutan-wilayah-antara-manusia-dan-alam.html



Tanggapan :
Keindahan, sering diutarakan kepada situasi tertentu, artik kata keindahan yaitu berasal dari kata indah, artinya bagus, permai, cantik, elok, molek dan sebagainya. Keidahan identik dengan kebenaran. Keindahan kebenaran dan kebenaran adalah keindahan. Keduanya mempunyai nilai yang sama yaitu abadi, dan mempunyai daya tarik yang selalu bertambah. Yang tidak mengandung kebenaran berarti tidak indah. Keindahan juga bersifat universal, artinya tidak terikat oleh selera perseorangan, waktu dan tempat, kedaerahan, selera mode, kedaerahan atau lokal.

Keindahan yang tertera pada kasus diatas adalah salah satu contoh keindahan pada alam. Alam yang diciptakan Allah berupa gunung, hutan, laut berikut isinya, dan masih banyak lagi. Ambil contoh hutan, di dalamnya memiliki berjuta-juta bahkan tidak terhingga atas keindahan dan adanya kehidupan makhluk hidup yang luar biasa. Keindahan hutan memang lebih indah untuk dinikmati dan disyukuri. Lalu bagaimana dengan gedung, bangunan pencakar langit sekalipun apakah mampu menggantikan keindahan alam semesta???.

“Alam memiliki keindahan yang tidak dapat terukur. Hingga saat ini pun belum ada manusia yang mampu menilai dan mengukur keindahan alam di dunia”

Bagaimanapun canggihnya manusia dalam berkarya, ternyata belum ada yang bisa menggantikan ciptaan alam semesta. Manusia boleh bangga dengan hasil ciptaan manusia. Tapi ciptaan manusia berupa gedung, bangunan pencakar langit hanya sebatas keindahan biasa saja.





Manusia yang hidup di bumi ini pasti akan puas dan senang ketika mengujungi keindahan alam, seperti gunung, hutan, air terjun, laut dan isinya, pergi ke pulau-pulau yang menyuguhkan kemolekannya. Pada saat manusia suntuk kemungkinan yang dituju yaitu keindahan alam bukan keindahan gedung, bangunan pencakar langit dsb. Ini bukti bahwa manusia tidak terlepas dari keidahan alam yang nota bene adalah lingkungannya, tempat hidup makhluk hidup. Alam memiliki keindahan yang tidak dapat terukur. Hingga saat ini pun belum ada manusia yang mampu menilai dan mengukur keindahan alam di dunia.

Indonesia memiliki kekayaan alam yang melimpah ruah namun seakan tidak pernah peduli untuk menjaga dan melestarikan keaslian alam. Berdasarkan informasi, hanya terdengar expliotasi dan exploitasi secara besar-besaran terhadap kekayaan alam. Sehingga muncullah kerusakan demi kerusakan yang teramat parah. Seperti yang terjadi di pulau papua, akibat penambangan emas dan timah, di wilayah yang sebelumnya masih indah, kini tinggal kubangan besar menyerupai bekas jatuhnya meteor. Begitu pula, hutan hujan tropis di Kalimantan yang telah banyak berubah menjadi hutan sawit dan aktifitas menebang pohon sembarangan (illegal logging). Dengan berubahnya hutan tropis mengakibatkan hilangnya habitat satwa liar yang seharusnya di lindungi. Orang utan banyak yang di tangkapi, dijual dan dibunuh.

Manusia tidak dapat membuat ataupun menciptakan keindahan alam yang alami ataupun menjadikannya seperti semula. Kadang pernah terpikir bahwa dengan majunya teknologi dan ilmu pengetahuan membuat kehidupan dibumi ini menjadi lebih baik. Tetapi tindakan yang berlebihan membuat keindahan alam yang masih alami harus terpaksa berubah fungsi, rusak dan bahkan sudah tidak ada lagi. Tidak lain dan tidak bukan adalah Karena ulah dari manusia. Manusia secara sadar merusak keindahan alam yang masih alamiah. Jika perbuatan merusak ini semakin menjadi-jadi dan tidak dapat di tanggulangi maka nilai tertinggi dari keindahan akan segera punah. Manusia akan bingung harus mencari dan menemukan keindahan alam yang alami..

0 komentar:

Posting Komentar