Rabu, 06 April 2011

Tanggung jawab si Penggali Kubur

Tema : manusia dan tanggung jawab

Tanggung jawab adalah sifat terpuji yang mendasar dalam diri manusia. Selaras dengan fitrah. Tapi bisa juga tergeser oleh faktor eksternal. Setiap individu memiliki sifat ini. Ia akan semakin membaik bila kepribadian orang tersebut semakin meningkat. Ia akan selalu ada dalam diri manusia karena pada dasarnya setiap insan tidak bisa melepaskan diri dari kehidupan sekitar yang menunutut kepedulian dan tanggung jawab. Inilah yang menyebabkan frekwensi tanggung jawab masing-masing individu berbeda.

Tanggung jawab mempunyai kaitan yang sangat erat dengan perasaan. Yang dimaksud adalah perasaan nurani kita, hati kita, yang mempunyai pengaruh besar dalam mengarahkan sikap kita menuju hal positif.

Berikut ini salah satu contoh kisah tanggung jawab dari sebuah profesi yang sebenarnya kita tau tapi kurang kita pahami jasanya yang begitu besar.

Penggali Kubur: Rejeki dari yang Mendapat Musibah

KERANDA, jenazah, dan tangis airmata para pelayat merupakan pemandangn sehari-hari bagi Kadun (55), karena semuanya itu merupakan pemandangan biasa bagi orang dengan profesi sebagai penggali kubur. Makanya, setelah lebih dari 20 tahun ia bekerja di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Panter Jati, Kelurahan Setu, Kecamatan Cipayung ini, pemandangan seperti itu sudah jadi menu utama hariannya.



Mempunyai profesi sebagai penggali kubur sudah tidak dapat ditolaknya, meskipun yang didapat dari pekerjaan itu jauh dari cukup. Ditambah lagi keadaan fisiknya yang sudah tidak sekuat dulu buat menggali tanah. Namun semua beban-tugas itu harus terus ia pikul demi istri dan kedua anaknya yang masih sekolah. Agar kebutuhan hidup dan biaya sekolah mereka bisa terpenuhi, meski cuma seadanya.

“Saya sudah 20 tahun jadi penggali kubur, jadi, sudah nggak terhitung lagi lubang kubur yang sudah saya gali. Dari harga di sini 25 ribu sampai sekarang. Saya nggak punya gaji bulanan, jadi, ya sedapatnya aja buat keluarga. Kalau sehari cuma dapat 20 ribu, ya diterima aja. Mau bagaimana lagi? Istri saya juga terima aja,” ujarnya.




Biaya menggali satu lubang kubur, Kadun mematok harga 400 ribu pada waris yang meninggal. Uang yang didapat itu bukan hanya untuk dia saja, tapi dibagi dengan 3 temannya sesama penggali, dan juga untuk staf TPU. “Saya biasa nawarinnya 400 ribu ke ahli waris, tapi kalau mereka bilangnya cuma punya uang 300 ribu, ya saya kerjain juga. Uang yang didapat itu saya bagi ke 3 orang yang ikut gali, juga sama untuk staf TPU ini, karena dia nggak mau tahu urusan di sini,” ujar pria asli Betawi ini.

Menggali kuburan tidak setiap hari dilakukan oleh Kadun, karena belum tentu setiap hari ada orang yang meninggal. Karenanya penghasilan yang diperolehnya juga tidak menentu. Namun Kadun mengatakan, jika tidak sedang menggali, ia mendapatkan penghasilan dari upah yang diberikan para ahli waris karena membersihkan kuburan-kuburan di TPU itu.

“Di sini sepi, nggak seperti di Pondok Rangon. Belum tentu setiap hari ada orang yang meninggal. Seminggu ini aja baru ada yang meninggal dari hari Rabu, Kamis, sama Jumat. Kalau pas lagi nggak ada yang dikuburin, sambilan saya ya bersihin kuburan. Apalagi mendekati bulan puasa, banyak yang minta kuburan untuk dibersihin. Bayarannya memang seikhlasnya. Ada yang bayar cuma 5000 ada juga yang kasih 20 ribu,” tuturnya.

Memasuki bulan puasa memang biasanya banyak keluarga berziarah ke makam keluarganya, namun menurut Kadun, hal ini biasanya terjadi tiga hari sebelum puasa dan tiga hari setelah Lebaran. Banyak orang yang berziarah, dimanfaatkan juga oleh Kadun untuk berjualan bunga tabur. Terkadang, untuk bisa menambah penghasilan, ia kerja memasang keramik kuburan jika ahli waris memesan. Hasil bersihnya ia bisa mendapat 40 ribu. Lumayan.

Sebelum menjadi penggali kubur, Kadun pernah bekerja menjadi satpam di proyek pembuatan jalan tol, selama 7 tahun. Setelah proyek itu selesai, ia diajak saudaranya untuk kerja di TPU ini. “Dulu awalnya diajak saudara, saya sempat kerja jadi satpam di proyek jalan tol, kalau sabtu minggu libur saya sering ke sini nyambi kerjaan, sekarang karena nggak ada kerjaan lagi, ya disini aja,” terangnya.



Sepanjang pengalamannya sebagai penggali kubur, Kadun bertutur, tidak ada kejadian yang aneh-aneh seperti yang digambarkan di sinetron. Tapi kalau lubang kubur yang digalinya itu longsor atau ambruk, itu memang kadangkala terjadi. Dan kalau itu terjadi, artinya Kadun dan teman-temanya harus dua kali kerja, mengingat para penggali kubur ini usianya sudah tua semua tenaganya sudah tidak kuat lagi.
“Tapi saya tetap alhamdullilah, karena biasanya kalau mau lebaran banyak ahli waris yang datang kasih baju koko, sarung, sembako. Karena mereka semua sudah pada kenal saya. Sekaligus kerja begini ini ya untuk ibadah juga. Makanya masih alhamdullilahlah kalau liat orang jalan kaki, soalnya saya masih bisa naik sepeda ontel,” terangnya.
Sumber :
http://www.tnol.co.id/id/activites/387-penggali-kubur-rejeki-dari-yang-mendapat-musibah.html

Tanggapan :
Mendengar dari pekerjaannya saja belum tentu banyak orang yang tertarik pada pekerjaan itu yaitu ‘penggali kubur, namun menurut pak kadun tugas tersebut adalah sebuah tanggung jawab. Dan, sebuah tanggung jawab haruslah dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

Pekerjaan yang hampir telah dilakukannya selama 20-an tahun yang dilakoni pak kadun sebagai penggali kubur. Padahal dilihat dari upah yang didapatnya hampir dari kurang mencukupi kebutuhan pak kadun dan keluarganya. Tetap saja pekerjaan itu harus dilakukannya, menggingat hampir setiap hari pasti ada saja pekerjaan yang harus dia kerjakan yaitu menggali tanah untuk penguburan.

Pekerjaan sebagai penggali kubur merupakan hal yang mulia, terhormat dan tidak semua orang mau menjalani profesi itu. Karena pekerjaan tersebut lebih mengandalkan keikhlasan.

Perlu adanya kaedah agama kepada para penggali kubur agar dapat menjalankan tugas sesuai dengan syariat agama secara benar.

Pekerjaannya membutuhkan ketahanan ekstra tinggi, karena seringkali kondisi mayat yang dikuburkan sudah tidak sempurna, berbau dan basah. Tidak semua orang mampu melakoni pekerjaanya, apalagi dari segi materi pekerjaan ini tidak dibayar tinggi.

Setiap pekerjaan harusnya dilandasi dengan ibadah karena dengan hal tersebut dapat mengarahkan tiap-tiap individu untuk dapat melakukan tanggung jawabnya atas pekerjaan yang dilakukan semata mata karena ALLAH swt.

Sungguh beruntung bagi mereka yang menyadari sejak awal bahwa pekerjaan yang di geluti adalah jalan untuk mendekat kepada Allah.

Pekerjaan sebagai penggali kubur tidak membatasi pikiran beliau untuk mengartikannya sebagai jalan ibadah. Niat mencari rezeki berdasarkan ridha Allah –insya Allah– menjadi jaminan bahwa pekerjaan yang digeluti akan dinilai ibadah oleh Allah SWT.

0 komentar:

Posting Komentar