Rabu, 13 April 2011

Kegelisahan di 'Kampung TKI'

Tema : manusia dan kegelisahan

Salah satu dari bagia kehidupan manusia yang sekian banyak dialami oleh manusia salah satunya adalah kegelisahan. Kegelisahan dalam diri manusia dapat timbul sewaktu – waktu tanpa atau dengan diharpkan kehadirannya. Banyak faktor yang yang mempengaruhi dan menimbulkan kegelisahan dalam diri manusia. Adanya rasa gelisah yang dirasakan dan dialami oleh manusia pada dasarnya disebabkan oleh manusianya itu sendiri karena semua manusia memiliki hati, perasaan dan pikiran.

Berarti berkaitan erat dengan diri pribadi manusia tersebut sehingga mengapa dia menjadi gelisah. Hal tersebut dicontohkan dengan seorang siswa S.M.U yang merasa takut dan gelisah ketika duduk bersebelahan dalam bus kota dengan seorang laki-laki berwajah sangar, berjerawat dan berambut gondrong serta memakai anting sebelah dan berpakaian lusuh dan tidak rapi. Dalam hal ini dia merasa gelisah karena tidak memahami status asli dari laki-laki tersebut apakah dia orang baik atau orang jahat.

Contoh lainnya yaitu :

Kegelisahan di "Kampung TKI"

SELASA, 23 NOVEMBER 2010 | 11:36 WIB


Sejumlah TKI di Terminal Tunggu TKI, Bandara Internasional Soekarno Hatta, Tangerang. TEMPO/Seto Wardhana.

TEMPO Interaktif, Bangkalan- Nada bicara dua lelaki paruh baya itu mendadak tinggi, setelah menonton berita Sumiati, tenaga kerja wanita yang disiksa majikannya di Arab Saudi, di televisi. Mereka tampak semakin naik darah saat melihat tayangan Kikim Komariyah, tenaga kerja asal Cianjur, Jawa Barat, yang diduga diperkosa dan ditemukan tewas di tempat sampah di negara itu. "Coba ada disini, saya akan bunuh majikannya," kata Rama Juri, seorang di antaranya, di Desa Jaddih, Kecamatan Socah, Kabupaten Bangkatan, Selasa (23/11).


Rama geram bercampur gelisah menyaksikan berita penyiksaan tenaga kerja itu. Sebab, seorang putrinnya Satiah, kini tengah berada di Kota Riyadh menjadi pembantu rumah tangga pada sebuah keluarga guru. "Terakhir telepon, dia sakit, tapi katanya majikannya baik, dia dibawa ke rumah sakit," katanya kepada Tempo.


Berita penyiksaan tenaga kerja memang sedang menjadi pembicaraan hangat di Desa Jaddih, yang terletak 10 kilometer arah barat daya Jembatan Suramadu itu. Sebab, hampir setiap penghuni rumah di desa itu ada yang berangkat menjadi TKI. "Kalau 500 orang ada warga sini merantau ke Arab," kata sesepuh Desa Jaddih Jauhari Sobir.


Menurut Jauhari, warga di desanya banyak yang bekerja di luar negeri karena ingin merubah hidup. Sebab, hasil pertanian hanya cukup untuk makan. "Sawah di sini tadah hujan, hanya bisa ditanami saat musim penghujan saja," ujarnya.


Anak dan menantu Jauhari juga mengadu nasib di Arab Saudi. Sudah dua tahun ini, mereka menjadi sopir dan pembantu di Kota Jedah. "Seminggu yang lalu mereka telpon, katanya baik-baik saja," ujarnya.


Meski demikian, Jauhari tetap saja gelisah. Sejak awal, ia tidak setuju putrinya menjadi pembantu di Arab. Namun akhirnya dia luluh karena menantunya ikut serta dan bekerja menjadi sopir dalam satu keluarga.


Banyaknya TKI asal Jaddih telah membuat wajah desa itu berubah. Sepanjang jalan masuk desa, tampak rumah-rumah mentereng berlantai keramik.


Salah satunya rumah Masamah. Rumah mewahnya itu dibangun dari hasil bekerja sebagai prmbantu di Kota Mekkah selama empat tahun. "Gaji saya Rp 1,8 juta sebulan, kali empat tahun, cukup buat rumah dan naik haji," katanya saat ditemui di rumahnya di Dusun Lembung.




Masamah menjadi TKI sejak usia 18 tahun, badannya yang bongsor membuat dia tampak lebih dewasa. Hidup susah di desa membuatnya memilih merantau untuk merubah hidup. Tidak mudah, kata dia, menjadi pembantu, jika tidak kuat akan selalu menjadi korban pelecehan seksual oleh majikan laki-laki. "Saya berpindah tiga majikan, selalu dilecehkan, tapi saya melawan karena umumnya majikan laki-laki takut sama istrinya," kenangnya.


Ramadhan lalu, Masamah pulang kampung. Dia memutuskan tidak kembali lagi ke Arab karena uang yang didapatnya sudah cukup untuk melunasi hutangnya. "Saya memang niat kalau dapat suami saya gak balik lagi, Alhamdulilah dapat," katanya tersipu.

Sumber :

http://www.tempointeraktif.com/hg/nusa_lainnya/2010/11/23/brk,20101123-293696,id.html

Tanggapan :

Dari contoh kasus diatas dapat dilihat bahwa dalam masyarakat modern sendiri, individu sering mengalami kegelisahan atau yang sering juga disebut dengan stress dimana hal tersebut bisa saja terjadi bila individu merasa kekurangan dari segi materi dan selalu merasa gelisah dan berprasangka jangan-jangan materi tersebut sudah diambil oleh orang lain dan selalu merasa kekurangan.

Resah, gelisah, khawatir, takut dan sedih adalah merupakan perasaan yang tak mungkin hilang dan terpisahkan dari kehidupan manusia. Setiap orang, apapun dan siapapun ia, pernah diserang perasaan. Namun satu hal yang perlu diperhatikan dan disikapi dengan serius dan sungguh-sungguh bahwa resah dan gelisah yang berkelanjutan sangat berbahaya. Orang yang gelisah akan diserang oleh rasa tidak percaya diri. Kecemasan dan kegelisahan memang dapat melanda siapa saja dari anak kecil sampai orang dewasa, baik rakyat biasa maupun sampai pemuka. Rasa takut, perasaan khawatir dapat hinggap di seluruh manusia. Yang membedakan hanyalah cara menyikapi dan cara mencarikan jalan keluar dari perasaan tersebut.


Dalam hal ini, yang perlu diperhatikan bahwa ketika siapapun manusia di dunia ini pasti akan mengalami perasaan gelisah dan kekhawatiran, maka yang perlu dibangun pola pikirnya adalah setiap perkara, setiap masalah dan setiap peristiwa adalah pasti ada akhir dan jalan keluarnya. Memang, ketika seseorang sedang mengalami peristiwa yang menyedihkan, dia akan bertanya kepada dirinya , mengapa peristiwa terjadi kepada saya? Ketika pertanyaan demikian terus muncul dan menggerayangi pikiran, maka perasaan itu pun juga semakin muncul dan selalu menghantui kehidupan. Jika demikian, lalu apa sebaiknya pola pikir yang harus kita bangun?


Berikut beberapa panduan pembangunan pola pikir ketika dalam kesedihan dan kekalutan:

1. Kita harus meyakini bahwa sekecil apapun peristiwa yang dialami oleh makhluk, sekalipun makhluk itu adalah semut, ada kekuatan dahsyat yang mengatur peristiwa. Jadi, kita harus meyakini dengan setinggi-tingginya bahwa peristiwa yang terjadi di dunia adalah peristiwa yang terjadi secara proses alamiah atau bahkan terjadi dari proses kebetulan saja.

2. Kita harus meyakini bahwa, jika seluruh peristiwa yang terjadi di dunia ini adalah berasal dari Dzat Yang Maha Agung, maka sangatlah mustahil bahwa Dzat Yang Maha Agung tersebut ngawur atau bahkan ceroboh dalam memutuskan sesuatu bagi hamba-Nya.

3. Jika demikian, maka Dzat Yang Maha Agung sedang membuat sesuatu, sedang melakukan sesuatu dan sedang memproses sesuatu di balik peristiwa yang menyedihkan yang belum diketahui oleh manusia tersebut.

Untuk mengatasi kegelisahan diperlukan nilai-nilai agama seperti bersikap Qana’ah (berpikir positif) sehingga ketidaktenangan dan ketidaksabaran alias kecemasannya dapat dikurangi dengan berdo’a kepada Tuhan serta berusaha keras untuk mengatasi hal yang membuatnya menjadi gelisah.

0 komentar:

Posting Komentar