Senin, 15 November 2010

Primadona Desa

Contoh kasus masyarakat perkotaan dan pedesaaan


Thursday, 21 October 2010 06:25
oleh : Noviandri Nurlaili K
Sebagai sebuah negara berkembang Indonesia tak luput juga mengalami masalah yang kerap kali dialami oleh negara-negara berkembang lainnya yaitu urbanisasi. Di saat pembangunan ekonomi masih berfokus pada pencapaian target pertumbuhan ekonomi dalam besaran nominal ketidakmerataan seolah menjadi alasan yang tak terbantahkan untuk fenomena ini.

Kota-kota besar di mana pelabuhan dan infrastruktur ekonominya telah memadai akan dipadati oleh pemburu kerja yang mengais nafkah. Sedangkan pedesaan yang belum menampilkan potensi fisik yang menawan akan terus ditinggalkan oleh para penghuninya.

Kondisi ini terbalik dengan Singapura misalnya. Bentuk negaranya hanya terdiri dari kota-kota hingga fenomena ini tidak mungkin terjadi.

Tidak dapat terelakkan urbanisasi menghasilkan eksternalitas negatif bagi masyarakat perkotaan. Tumpukan masyarakat memang telah membuka potensi pasar yang besar untuk kegiatan ekonomi. Namun, jumlah konsumsi yang membengkak ini juga akan menghasilkan tumpukan sampah dalam jumlah besar.

Maka tengoklah Bantar Gebang untuk menyaksikan bahwa mungkin dalam beberapa tahun lagi tempat itu sudah tidak dapat menampung lagi sampah DKI Jakarta. Selain itu angka kriminalitas di perkotaan juga meningkat seiring dengan kedatangan pendatang yang terdesak oleh kebutuhan hidup di kota.

Lantas, adakah solusi sejati bagi masalah ini. Sebaik apa pun kebijakan yang diciptakan untuk menyelesaikan masalah ini hanya dapat efektif ketika ada kesadaran dari masyarakat. Baik di desa maupun di kota. Kesadaran untuk berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan pembangunan bangsa termasuk memperlancar program pemerataan ekonomi daerah.

Bila kita menilik, selain kedatangan pendatang yang merantau untuk mencari pekerjaan kota-kota besar juga disesaki oleh pelajar maupun alumni dari sekolah maupun universitas terkemuka di kota besar. Mereka pergi dari daerah asalnya untuk menuntut ilmu dan enggan kembali karena beberapa alasan.

Pertama, potensi ekonomi yang mungkin mereka peroleh di desa jauh lebih kecil dibandingkan potensi ekonomi perkotaan. Kedua, ilmu, pengetahuan, dan skills yang telah mereka peroleh melalui pendidikan tidak akan terberdayakan apabila kembali ke desa. Hal ini dikarenakan beragam pekerjaan di desa masih menggunakan kekuatan fisik sebagai modal ketimbang ilmu yang dipelajari di sekolah.

Karenanya menciptakan primadona di negeri sendiri adalah membangun surga peradaban di desa. Hal ini bisa dimulai dengan pembangunan infrastruktur di pedesaan. Ini adalah syarat mutlak dari setiap proses pembangunan. Proses ini kemudian dilanjutkan dengan memberikan insentif bagi setiap tenaga terdidik ini untuk kembali ke desanya.

Layaknya program transmigrasi pemerintah tenaga terdidik ini akan diberikan sarana dan prasarana dalam rangka membangun ekonomi daerahnya. Misal membangun UMKM atau koperasi kerajinan yang merupakan potensi daerah setempat. Geliat-geliat ekonomi rakyat inilah yang akan menjadi trigger bagi pembangunan lainnya yang akan menarik potensi modal masuk ke desa.

Ketika semua syarat ini terpenuhi; infrastruktur, modal, dan SDM, maka bukan tidak mungkin pendapatan sebuah desa akan menjadi berlipat ganda. Maka, prinsip utama dalam penyelesaian masalah ini adalah kesadaran dan kesungguhan dalam berbuat. Pemerintah mutlak memenuhi syarat infrastruktur tersebut yang harus diikuti oleh kesadaran membangun oleh setiap warga negara Indonesia.

Kerja sama dari semua pihaklah yang pada dasarnya akan mempercepat proses pemerataan ekonomi, yang akan mengurangi tingkat urbanisasi di Indonesia. Maka pemuda dan pelajar Indonesia ada lapangan luas terbentang di setiap pelosok daerah untuk dikembangkan. SDM berkualitas pun juga menjadi syarat perubahan ini dan sebagai golongan terdidik.

Kesadaran pelajar dan mahasiswa inilah yang akan menciptakan gerakan perubahan turun ke bawah dan merangsang gerakan ekonomi rakyat. Tidakkah terlalu munafik pada kenyataan untuk sekedar berdiam diri di kota?

http://www.harian-global.com/index.php?option=com_content&view=article&id=48283:primadona-desa&catid=57:gagasan&Itemid=65


Banyak warga desa yang berpindah tempat tinggal ke kota dengan alasan ingin mendapatkan kehidupan yang lebih baik dari segi ekonomi, sosial, maupun pendidikan.Hingga jumlah masyarakat di kota membludak tinggi dan mungkin tidak semua mendapatkan apa yang telah direncanakannya. Sebenarnya kita dapat meningkatkan proses pembangunan di desa dengan melakukan pembangunan infrastruktur di pedesaan. kemudian dilanjutkan dengan memberikan insentif bagi setiap tenaga terdidik ini untuk kembali ke desanya. Dengan didirikannya UMKM atau koperasi kerajinan yang merupakan potensi daerah setempat. Maka dari situlah ekonomi rakyat yang akan menjadi trigger bagi pembangunan lainnya yang akan menarik potensi modal masuk ke desa. Sehingga tidak hanya pada daerah perkotaan tetapi perdesaan pun dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dalam besaran nominal yang dapat mensejahterakan masyarakat menjadi SDM yang berkualitas.

0 komentar:

Posting Komentar